MIKROBIOLOGI
UJI DAYA HAMBAT SENYAWA ANTIMIKROBA
Staphylococcus aureus PADA SABUN SLEEK
Staphylococcus aureus PADA SABUN SLEEK
DISUSUN OLEH:
Defi Kurniasari (1351810005)
Chika Rizky Iswana (1351810014)
Vevi Aprilia Tus (1351810016)
Aprilia Purnama Sari (1351810021)
Siti Nur Qomariyah (1351810033)
Afifa Dwi Marita (1351810043)
Devi Oktaviana (1351810052)
AKADEMI FARMASI SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap
mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda terhadap factor lingkungan
contohnya suhu, pH, kadar oksigen, salinitas, dan sebagainya. Control terhadap
pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membunuh mikroorganisme,
atau menghambat pertumbuhannya. Control terhadap pertumbuhan dapat dilakukan
secara fisik, kimia dan biologi. Secara kimia dapat digunakan senyawa kimia
untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme.
Pada umumnya senyawa antibakteri
efektif dengan mengganggu sintesis, penyusunan atau fungsi komponen-komponen
makromolekul sel seperti penghambatan sintesis protein. Senyawa kimia yang
dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme, dapat dibedakan menjadi
antiseptic, desinfectan, dan bahan kemoterapeutik/antibiotic (Hamdiyati, 2010).
Sabun adalah kumpulan senyawa yang
terdiri dari satu jenis asam amino atau lebih atau ekuivalennya dan alkali.
Sabun dihasilkan dari reaksi antara minyak hewani, nabati atau lemak yang
direbus Bersama dengan sodium hidroksida (Oranusi, 2013). Sabun tidak hanya
digunakan untuk menjaga kebersihan badan tetapi juga untuk kebersihan tangan
dan peralatan rumah tangga termasuk wadah botol minuman.
Pada saat sekarang ini banyak produk
sabun pencuci botol yang ditawarkan bukan hanya kemudahannya dalam mengangkat
kotoran, akan tetapi mengandung zat antibakteri sehingga hasil pencucian lebih
higienis. Mencuci peralatan dengan sabun cuci yang berkualitas sangatlah
penting. Hal tersebut harus diperhatikan dengan baik sebab tidak semua sabun
cuci memiliki manfaat yang optimal dalam membersihkan setiap kotoran serta
membersihkannya dari bakteri yang mengkontaminasi peralatan tersebut.
Salah satu bakteri yang selalu
mengkontaminasi dan menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan
terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari infeksi kulit ringan, keracunan
makanan sampai dengan infeksi sistemik.
Diameter zona hambatan pertumbuhan
bakteri menunjukkan sensitifitas bakteri terhadap zat anti bakteri. Selanjutnya
dikatakan bahwa semakin tebar diamteter zona tambatan yang terbentuk bakteri
tersebut semakin sansitif. Yang melatar belakangi percobaan ini adalah
praktikan dapat mengetahui beberapa zat anti microbial yang mempunyai daya hambat,
kekuatan klasifikasi anti bacterial, pengukuran zat anti bacterial dan
factor-faktor yang mempunyai ukuran diameter zona hambatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
prinsip dari uji daya hambat ?
2. Bagaimana
cara mengetahui daya hambat dari desinfectan terhadap bakteri ?
1.3 Tujuan
Untuk
mengetahui daya hambat dari sabun cair sleek terhadap bakteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Antibakteri
adalah senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri.
Antibakteri dalam definisi yang luas adalah suatu zat yang mencegah terjadinya
pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Antibiotik maupun antibakteri sama-sama
menyerang bakteri, kedua istilah ini telah mengalami pergeseran makna selama
bertahun-tahun sehingga memiliki arti yang berbeda. Antibakteri biasanya
dijabarkan sebagai suatu zat yang digunakan untuk membersihkan permukaan dan
menghilangkan bakteri yang berpotensi membahayakan (Volk and Wheeler dalam
Sari, dkk; 2010).
Koloni sel bakteri merupakan sekelompok
masa sel yang dapat dilihat dengan mata langsung. Semua sel dalam koloni itu
sama dianggap semua sel itu merupakan keturunan satu mikroorganisme dan arena
itu mewakili sebagai biakan murni. Penampakan koloni bakteri dalam media
lempeng agar menunjukkan bentuk dan ukuran koloni yang khas, dapat dilihat dari
bentuk keseluruhan penampakan koloni, tepid dan permukaan koloni
(Dwidjoseputro, 1968). Antibakteri dapat menggunakan bahan kimia buatan atau
bahan kimia alami yang diambil dari zat pada tumbuhan.
Sabun merupakan suatu bahan yang digunakan
untuk membersihkan kulit baik dari kotoran maupun bakteri. Sabun yang dapat
membunuh bakteri dikenal dengan sabun antiseptik. Sabun antiseptik atau disebut
juga dengan sabun obat mengandung asam lemak yang bersenyawa dengan alkali dan
ditambah dengan zat kimia atau bahan obat. Sabun ini berguna untuk mencegah,
mengurangi ataupun menghilangkan penyakit atau gejala penyakit pada kulit.
Sabun antiseptik memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri, baik
bakteri gram positif maupun gram negatif (Fitri).
Mekanisme penghambatan terhadap
pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel
dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai
terbentuk, perubahan permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan
keluarnya bahan makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam
nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan
protein. Di bidang farmasi, bahan antibakteri dikenal dengan nama antibiotik, yaitu
suatu substansi kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dapat menghambat
pertumbuhan mikroba lain. Senyawa antibakteri dapat bekerja sebagai
bakteristatik, bakterisidal, dan bakterilitik (Pelczar dalam Sari, 2010).
Salah satu bakteri yang selalu mengkontaminasi
dan menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus
aureus (gram positif) dan Escherichia
coli (gram negative). Infeksi kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dapat berupa
jerawat dan impetigo sedangkan Escherichia
coli merupakan bakteri gram negative yang sering menyebabkan infeksi diare
pada manusia yang dapat ditularkan melalui air maupun tangan yang kotor (Jawetz
et al., 1996).
Bakteri Escherichia coli starin tertentu merupakan bakteri gram negative
yang banyak menyebabkan penyakit infeksi saluran pencernaan selain vibrio
cholera dan rotavirus. Bakteri ini bertransmisi melalui jalur fekal-oralakibat
rendahnya kualitas kebersihan individu. Selain bakteri gram negative, toksin
bakteri gram positif seperti Staphylococcus
aureus yang bersifat termostabil juga dapat menyebabkan penyakit infeksi.
Toksin Staphylococcus aureus berperan
besar dalam meningkatnya wabah infeksi saluran cerna akibat keracunan makanan
atau food-poisoning disease. Toksin tersebut dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang masuk dan
berkembang di dalam makanan akibat dari proses pengolahan yang tidak bersih
oleh food-handler (Fazlisia et al., 2014).
Menurut Brooks et al. (2005) penentuan
kepekaan bakteri pathogen terhadap suatu antibakteri dapat dilakukan dengan
metode difusi dan dilusi.
1. Metode
dilusi. Metode ini menggunakan antibakteri dengan kadar yang menurun secara
bertahap,baik dengan media cair atau padat. Media kemudian diinokulasi bakteri
uji dan diinkubasi. Tahap akhir antibakteri dilarutkan dengan kadar yang
menghambat atau mematikan. Prinsip metode dilusi menggunakan pengenceran
senyawa antibakteri hingga diperoleh beberapa macam konsentrasi, kemudian
masing-masing konsentrasi ditambahkan suspense bakteri uji dalam media cair.
Perlakuan tersebut akan diinkubasi dan siamati ada atau tidak pertumbuhan
bakteri yang ditandai dengan terjadinya kekeruhan.
2. Metode
difusi. Metode difusi dilakukan dengan cara kertas cakram yang berisi senyawa
antibakteri, kemudian diletakkan pada media padat yang telah diinokulasi
bakteri. Senyawa antibakteri akan berdifusi ke dalam media padat yang
diinokulasi bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri yang ditansai dengan
terbentuknya daerah jernih di sekeliling kertas cakram.
Metode difusi merupakan salah satu metode yang
sering digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba, metode difusi dapat
dilakukan 3 cara yaitu metode silinder, lubang dan cakram kertas. Metode cakram
yaitu meletakkan beberapa cakram kertas yang telah diinokulasi dengan bakteri.
Tiap cakram direndam pada larutan yang dianggap memiliki zat antibakteri yang akan diuji dan diinkubasi. Setelah
diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah
hambatan di sekeliling cakram kertas.
Uji sensitivitas bertujuan untuk
mengetahui kepekaan suatu mikroorganisme tehadap zat antibakteri tertentu atau
untuk mengetahui potensi zat antibateri tertentu terhadap mikroorganisme secara
in vitro. Penghembatan pertumbuhan mikroorganisme oleh suatu zat antibakteri
ditandai sebagai wilayah jernih (zona hambat) disekitar pertumbuhan
mikroorganisme.
METODE PENELITIAN
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai
berikut :
Hari/Tanggal : 1. Pembuatan Media NA : Kamis, 19 Desember 2019
2.
Penanaman Bakteri : Jum`at, 20
Desember 2019
3.
Penanaman Papper Disk : Kamis,
26 Desember 2019
4.
Pengamatan :
Jum`at, 27 Desember 2019
Pukul : 1. 16.00-19.00 WIB
2.
16.00-19.00 WIB
3.
10.00-11.20 WIB
4.
15.00-16.00 WIB
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Akademi
Farmasi Surabaya
B.
Alat
dan Bahan
Alat :
1.
Masker
2.
Handscoon
3.
Penyemprotan
alkohol
4.
Bunsen
5.
Korek
api
6.
Tisu
7.
Spidol
8.
Kertas
label
9.
Plastik
wrap
10. Alumunium foil
11. Tabung reaksi
12. Rak tabung
13. Cawan petri
14. Cotton swabs
15. Papper disk
16. Gelas ukur
17. Beakerglass
18. Batang pengaduk
19. Jangka sorong
20. Autoklaf
21. LAF (Laminar Air Flow)
22. Inkubator
Bahan :
1.
Nutrient
Agar (NA)
2.
Suspensi
bakteri Staphylococcus Aureus
3.
Larutan
fisiologi
4.
Alkohol
70%
5.
Sampel
(Sabun Sleek)
6.
Air
steril
C.
Prosedur
Kerja
1.
Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
2. Cara Kerja
BAB IV
Pada
praktikum ini dilakukan dengan menggunakan media NA (Nutrient Agar) karena
medium ini dispesifikasikan untuk
pembiakan bakteri. Berdasarkan uji daya hambat yang telah dilakukan
dengan menggunakan metode cakram,. Uji daya hambat dilakukan dengan menggunakan
sabun sleek konsentrasi 2%,4%,6%,8%,10% dan kontrol negatif menggunakan
aquadest steril terhadap bakteri Staphylococcus
aureus.
Zona
Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat
adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar.Uji
aktivitas antibakteri pada sabun sleek bertujuan untuk mengetahui apakah
aktivitas antibakteri mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Hasil positif uji aktivitas antimikroba
ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar paper disk yang mengandung
sabun sleek.
Ada beberapa factor yang dapat
mempengaruhi ukuran zona penghambat dan harus dikontrol adalah sebagai berikut
:
- Konsentrasi mikroba pada permukaan medium. Semakin tinggi
konsentrasi mikroba maka zona penghambatan akan semakin kecil.
- Kedalaman medium pada cawan petri. Semaikn tebal medium pada cawan
petri maka zona penghambat semakin kecil.
- Nilai pH dari medium. Beberapa antimikroba bekerja dengan baik pada
kondisi asam dan beberapa basa alkali/basa.
- Kondisi aerob/anaerob. Beberapa antibacterial kerja terbaiknya pada
kondisi aerob yang lainnya kondisi aerob.
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah
menggunakan paper-disk yang direndam dalam larutan sabun sleek selama 10 menit.
Kepekaan dari mikroorganisme patogen terhadap antimikroba dilihat dari ukuran zona
bening yang terbentuk di sekitar paperdisk (Cappucino, 2001). Antimikroba yang
berbeda akan memiliki laju difusi yang berbeda-beda pula, sehingga keampuhan
dari tiap antimikroba satu sama lain tidak sama (Wilson, 1982). Widjayanti
(1996) juga menyatakan bahwa bahan antimikroba berfungi mematikan, merusak, dan
menghambat pertumbuhan dari mikroba. Antimikroba akan bekerja dengan cara
merusak dinding sel atau protein dari mikroba sehingga bakteri tersebut mati (Widjayanti,
1996).
Pada
praktikum ini yang telah dilakukan hasil uji daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus tidak menunjukan
adanya aktivitas antibakteri atau zona bening disekitar paper disk (zona bening
= 0mm). Hal ini diduga pada sabun sleek dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%
tidak cukup untuk merusak membran sel bakteri sehingga bakteri masih bisa
memperbanyak selnya.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Prinsip
percobaan uji daya hambat mikroba adal ah menghambat membasmi atau
menyingkirkan mikroorganisme dengan cara mengganggu pertumbuhan dan metabolism
melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroorganisme menggunakan zat
antibacterial.
Dapat disimpulkan pada uji daya hambat terhadap bakteri
scarpiococus aureus tidak terdapat zona bening atau tanda aktivitas bakteri dikarenakan
uji yang dipakai pada sabun sleek konsentrasinya terlalu rendah tidak cukup untuk
merusak membran sel bakteri sehingga bakteri masih bisa memberbanyak selnya.
Saran
Pada
praktikum selanjutnya, diharapkan percobaan dilakukan dengan sungguh-sungguh
agar teknik pembuatan medium ini berjalan dengan lancar dan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Cappucino,
J.G & Natalie, S. 2001. Microbiology
a Laboratoey Manual.Addison Weasley Publishing Company: New York.
Dwidjoseputro.
1968. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Malang: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Dwidjoseputro.2005.
Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang :
Universitas Negeri Malang.
Jawetz,
E. Joseph M., and Edward A. 2005. Mikrobiologi
kedokteran. Penerbit EGC : Jakarta.
Pelczar.
1996. Dasar-dasar Mikrobiologi.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Vol
dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar
Jilid 1 Edisi ke 5. Erlangga, Jakarta.