Sabtu, 04 Januari 2020

MIKROBIOLOGI
UJI DAYA HAMBAT SENYAWA ANTIMIKROBA
Staphylococcus aureus PADA SABUN SLEEK



DISUSUN OLEH:
Defi Kurniasari (1351810005)
Chika Rizky Iswana (1351810014)
Vevi Aprilia Tus (1351810016)
Aprilia Purnama Sari (1351810021)
Siti Nur Qomariyah (1351810033)
Afifa Dwi Marita (1351810043)
Devi Oktaviana (1351810052)


AKADEMI FARMASI SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019-2020

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda terhadap factor lingkungan contohnya suhu, pH, kadar oksigen, salinitas, dan sebagainya. Control terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membunuh mikroorganisme, atau menghambat pertumbuhannya. Control terhadap pertumbuhan dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologi. Secara kimia dapat digunakan senyawa kimia untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme.
            Pada umumnya senyawa antibakteri efektif dengan mengganggu sintesis, penyusunan atau fungsi komponen-komponen makromolekul sel seperti penghambatan sintesis protein. Senyawa kimia yang dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme, dapat dibedakan menjadi antiseptic, desinfectan, dan bahan kemoterapeutik/antibiotic (Hamdiyati, 2010).
            Sabun adalah kumpulan senyawa yang terdiri dari satu jenis asam amino atau lebih atau ekuivalennya dan alkali. Sabun dihasilkan dari reaksi antara minyak hewani, nabati atau lemak yang direbus Bersama dengan sodium hidroksida (Oranusi, 2013). Sabun tidak hanya digunakan untuk menjaga kebersihan badan tetapi juga untuk kebersihan tangan dan peralatan rumah tangga termasuk wadah botol minuman.
            Pada saat sekarang ini banyak produk sabun pencuci botol yang ditawarkan bukan hanya kemudahannya dalam mengangkat kotoran, akan tetapi mengandung zat antibakteri sehingga hasil pencucian lebih higienis. Mencuci peralatan dengan sabun cuci yang berkualitas sangatlah penting. Hal tersebut harus diperhatikan dengan baik sebab tidak semua sabun cuci memiliki manfaat yang optimal dalam membersihkan setiap kotoran serta membersihkannya dari bakteri yang mengkontaminasi peralatan tersebut.
            Salah satu bakteri yang selalu mengkontaminasi dan menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari infeksi kulit ringan, keracunan makanan sampai dengan infeksi sistemik.
            Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitifitas bakteri terhadap zat anti bakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin tebar diamteter zona tambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sansitif. Yang melatar belakangi percobaan ini adalah praktikan dapat mengetahui beberapa zat anti microbial yang mempunyai daya hambat, kekuatan klasifikasi anti bacterial, pengukuran zat anti bacterial dan factor-faktor yang mempunyai ukuran diameter zona hambatan.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa prinsip dari uji daya hambat ?
2.      Bagaimana cara mengetahui daya hambat dari desinfectan terhadap bakteri ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui daya hambat dari sabun cair sleek terhadap bakteri

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Antibakteri adalah senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri. Antibakteri dalam definisi yang luas adalah suatu zat yang mencegah terjadinya pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Antibiotik maupun antibakteri sama-sama menyerang bakteri, kedua istilah ini telah mengalami pergeseran makna selama bertahun-tahun sehingga memiliki arti yang berbeda. Antibakteri biasanya dijabarkan sebagai suatu zat yang digunakan untuk membersihkan permukaan dan menghilangkan bakteri yang berpotensi membahayakan (Volk and Wheeler dalam Sari, dkk; 2010).
Koloni sel bakteri merupakan sekelompok masa sel yang dapat dilihat dengan mata langsung. Semua sel dalam koloni itu sama dianggap semua sel itu merupakan keturunan satu mikroorganisme dan arena itu mewakili sebagai biakan murni. Penampakan koloni bakteri dalam media lempeng agar menunjukkan bentuk dan ukuran koloni yang khas, dapat dilihat dari bentuk keseluruhan penampakan koloni, tepid dan permukaan koloni (Dwidjoseputro, 1968). Antibakteri dapat menggunakan bahan kimia buatan atau bahan kimia alami yang diambil dari zat pada tumbuhan.
Sabun merupakan suatu bahan yang digunakan untuk membersihkan kulit baik dari kotoran maupun bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri dikenal dengan sabun antiseptik. Sabun antiseptik atau disebut juga dengan sabun obat mengandung asam lemak yang bersenyawa dengan alkali dan ditambah dengan zat kimia atau bahan obat. Sabun ini berguna untuk mencegah, mengurangi ataupun menghilangkan penyakit atau gejala penyakit pada kulit. Sabun antiseptik memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri, baik bakteri gram positif maupun gram negatif (Fitri).
Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein. Di bidang farmasi, bahan antibakteri dikenal dengan nama antibiotik, yaitu suatu substansi kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain. Senyawa antibakteri dapat bekerja sebagai bakteristatik, bakterisidal, dan bakterilitik (Pelczar dalam Sari, 2010).
Salah satu bakteri yang selalu mengkontaminasi dan menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus aureus (gram positif) dan Escherichia coli (gram negative). Infeksi kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dapat berupa jerawat dan impetigo sedangkan Escherichia coli merupakan bakteri gram negative yang sering menyebabkan infeksi diare pada manusia yang dapat ditularkan melalui air maupun tangan yang kotor (Jawetz et al., 1996).
Bakteri Escherichia coli starin tertentu merupakan bakteri gram negative yang banyak menyebabkan penyakit infeksi saluran pencernaan selain vibrio cholera dan rotavirus. Bakteri ini bertransmisi melalui jalur fekal-oralakibat rendahnya kualitas kebersihan individu. Selain bakteri gram negative, toksin bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus yang bersifat termostabil juga dapat menyebabkan penyakit infeksi. Toksin Staphylococcus aureus berperan besar dalam meningkatnya wabah infeksi saluran cerna akibat keracunan makanan atau food-poisoning disease. Toksin tersebut dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang masuk dan berkembang di dalam makanan akibat dari proses pengolahan yang tidak bersih oleh food-handler (Fazlisia et al., 2014).
Menurut Brooks et al. (2005) penentuan kepekaan bakteri pathogen terhadap suatu antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan dilusi.
1.      Metode dilusi. Metode ini menggunakan antibakteri dengan kadar yang menurun secara bertahap,baik dengan media cair atau padat. Media kemudian diinokulasi bakteri uji dan diinkubasi. Tahap akhir antibakteri dilarutkan dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Prinsip metode dilusi menggunakan pengenceran senyawa antibakteri hingga diperoleh beberapa macam konsentrasi, kemudian masing-masing konsentrasi ditambahkan suspense bakteri uji dalam media cair. Perlakuan tersebut akan diinkubasi dan siamati ada atau tidak pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan terjadinya kekeruhan.
2.      Metode difusi. Metode difusi dilakukan dengan cara kertas cakram yang berisi senyawa antibakteri, kemudian diletakkan pada media padat yang telah diinokulasi bakteri. Senyawa antibakteri akan berdifusi ke dalam media padat yang diinokulasi bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri yang ditansai dengan terbentuknya daerah jernih di sekeliling kertas cakram.
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba, metode difusi dapat dilakukan 3 cara yaitu metode silinder, lubang dan cakram kertas. Metode cakram yaitu meletakkan beberapa cakram kertas yang telah diinokulasi dengan bakteri. Tiap cakram direndam pada larutan yang dianggap memiliki zat antibakteri  yang akan diuji dan diinkubasi. Setelah diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling cakram kertas.
Uji sensitivitas bertujuan untuk mengetahui kepekaan suatu mikroorganisme tehadap zat antibakteri tertentu atau untuk mengetahui potensi zat antibateri tertentu terhadap mikroorganisme secara in vitro. Penghembatan pertumbuhan mikroorganisme oleh suatu zat antibakteri ditandai sebagai wilayah jernih (zona hambat) disekitar pertumbuhan mikroorganisme.
BAB III
METODE PENELITIAN

      A.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut  :
Hari/Tanggal         :           1. Pembuatan Media NA        : Kamis, 19 Desember 2019
                                          2. Penanaman Bakteri             : Jum`at, 20 Desember 2019
                                          3. Penanaman Papper Disk     : Kamis, 26 Desember 2019
                                          4. Pengamatan                         : Jum`at, 27 Desember 2019
Pukul                     :           1. 16.00-19.00 WIB
                                          2. 16.00-19.00 WIB
                                          3. 10.00-11.20 WIB
                                          4. 15.00-16.00 WIB
Tempat                  :           Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi Surabaya

      B.     Alat dan Bahan
            Alat :
1.      Masker
2.      Handscoon
3.      Penyemprotan alkohol
4.      Bunsen
5.      Korek api
6.      Tisu
7.      Spidol
8.      Kertas label
9.      Plastik wrap
10.  Alumunium foil
11.  Tabung reaksi
12.  Rak tabung
13.  Cawan petri
14.  Cotton swabs
15.  Papper disk
16.  Gelas ukur
17.  Beakerglass
18.  Batang pengaduk
19.  Jangka sorong
20.  Autoklaf
21.  LAF (Laminar Air Flow)
22.  Inkubator

Bahan :
1.      Nutrient Agar (NA)
2.      Suspensi bakteri Staphylococcus Aureus
3.      Larutan fisiologi
4.      Alkohol 70%
5.      Sampel (Sabun Sleek)
6.      Air steril
      C.    Prosedur Kerja
1.      Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
            2.    Cara Kerja
 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
  
 
Gambar 1

Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan media NA (Nutrient Agar) karena medium ini dispesifikasikan untuk  pembiakan bakteri. Berdasarkan uji daya hambat yang telah dilakukan dengan menggunakan metode cakram,. Uji daya hambat dilakukan dengan menggunakan sabun sleek konsentrasi 2%,4%,6%,8%,10% dan kontrol negatif menggunakan aquadest steril terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat    antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar.Uji aktivitas antibakteri pada sabun sleek bertujuan untuk mengetahui apakah aktivitas antibakteri mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Hasil positif uji aktivitas antimikroba ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar paper disk yang mengandung sabun sleek.
            Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi ukuran zona penghambat dan harus dikontrol adalah sebagai berikut :
  1. Konsentrasi mikroba pada permukaan medium. Semakin tinggi konsentrasi mikroba maka zona penghambatan akan semakin kecil.
  2. Kedalaman medium pada cawan petri. Semaikn tebal medium pada cawan petri maka zona penghambat semakin kecil.
  3. Nilai pH dari medium. Beberapa antimikroba bekerja dengan baik pada kondisi asam dan beberapa basa alkali/basa.
  4. Kondisi aerob/anaerob. Beberapa antibacterial kerja terbaiknya pada kondisi aerob yang lainnya kondisi aerob.
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah menggunakan paper-disk yang direndam dalam larutan sabun sleek selama 10 menit. Kepekaan dari mikroorganisme patogen terhadap antimikroba dilihat dari ukuran zona bening yang terbentuk di sekitar paperdisk (Cappucino, 2001). Antimikroba yang berbeda akan memiliki laju difusi yang berbeda-beda pula, sehingga keampuhan dari tiap antimikroba satu sama lain tidak sama (Wilson, 1982). Widjayanti (1996) juga menyatakan bahwa bahan antimikroba berfungi mematikan, merusak, dan menghambat pertumbuhan dari mikroba. Antimikroba akan bekerja dengan cara merusak dinding sel atau protein dari mikroba sehingga bakteri tersebut mati (Widjayanti, 1996).
Pada praktikum ini yang telah dilakukan hasil uji daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus tidak menunjukan adanya aktivitas antibakteri atau zona bening disekitar paper disk (zona bening = 0mm). Hal ini diduga pada sabun sleek  dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% tidak cukup untuk merusak membran sel bakteri sehingga bakteri masih bisa memperbanyak selnya.

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Prinsip percobaan uji daya hambat mikroba adal ah menghambat membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme dengan cara mengganggu pertumbuhan dan metabolism melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroorganisme menggunakan zat antibacterial.
Dapat disimpulkan pada uji daya hambat terhadap bakteri scarpiococus aureus tidak terdapat zona bening atau tanda aktivitas bakteri dikarenakan uji yang dipakai pada sabun sleek konsentrasinya terlalu rendah tidak cukup untuk merusak membran sel bakteri sehingga bakteri masih bisa memberbanyak selnya.
Saran
Pada praktikum selanjutnya, diharapkan percobaan dilakukan dengan sungguh-sungguh agar teknik pembuatan medium ini berjalan dengan lancar dan jelas.

DAFTAR PUSTAKA
Cappucino, J.G & Natalie, S. 2001. Microbiology a Laboratoey Manual.Addison Weasley Publishing Company: New York.
Dwidjoseputro. 1968. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dwidjoseputro.2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Universitas Negeri Malang.
Jawetz, E. Joseph M., and Edward A. 2005. Mikrobiologi kedokteran. Penerbit EGC : Jakarta.
Pelczar. 1996. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia, Jakarta.
Vol dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5. Erlangga, Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar